Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerita Islam: Upah Kesabaran

Dahulu kala, hiduplah dua orang Majusi kakak beradik. Mereka berdua adalah penyembah api yang dipercayai sebagai tuhannya. Sang kakak menyembah api telah cukup lama sudah 73 tahun. Sedangkan adiknya masih selama 35 tahun.

Suatu hari ketika mereka menyalakan api, kakak beradik itu masih merasa ragu, apakah api yang selama ini mereka sembah dan dianggap tuhannya selama ini masih tetap panas membakar dirinya?
“Cobalah kau pegang dik, aku tak berani mencobanya.” Ujar kakaknya. Sang adik menuruti perintah kakaknya. Ketika mencoba memegang api dengan jainya. Ternyata api itu masih membakar kulitnya. Kedua laki-laki itu menjadi ragu dengan keimanannya. Mengapa api yang sudah disembah bertahun tahun tetap saja membakar dirinya.
“Kak apa yang telah kita lakukan selama ini ternyata sia sia. Api yang selama ini kita anggap sebagai tuhan masih saja menyakiti kita, bukannya melindungi kita dari panasnya” kata sang adik.
“Benar apa yang kau katakan” sahut kakaknya, “mari kita mencari tuhan yang sebenarnya. Tuhan yang dapat melindungi danmengampuni dosa-dosa yang telah kita lakukan selama ini dengan cuman sekali bertaubat.
Kedua orang itu kemudian mendatangi seseorang yang dapat menunjukan jalan yang benar dan lurus yaiyu menyembah Tuhan yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Penyayang.  Bukan api yang membakar mereka meskipun telah disembah bertahun tahun.
Orang tersebut adalah Malik bin Dinar di negri Basrah. Ketika mendengar dakwah Malik bin Dinar kakak beradik itu mengakui kebenaran agama islam. Namun sang kakak masih ragu, jika dia masuk islam ia khawatir akan dikucilkan dan dicela keluarga dan tetaangganya karena dia telah berpuluh tahun beragama Majusi dengan menyembah api.
“Biarlah aku tetap memeluk agama Majusi, dari pada nanti dikucilkan tetangga” kata sang kakak.
“Kenapa mengkhawatirkan hal itu? Kita telah menemukan kebenaran. Untuk apa kita harus berpaling?”
Sang adik menyesalkan atas sikap kakaknya yang tidak mau menuruti nasehatnya. Dia telah menemukan kebenaran, namun tetap memilih Majusi yang sudah jelas agama yg salah hanya krena takut dengan celaan kaumnya. Akhirnya sang kakak pulang ke negrinya, sementra sang adik menetap di bsarah bersama istri dan anak-anaknya mendengar dakwah Malik bin Dinar.
Setelah Malik bin Dinar selesai memberi dakwah lelaki itu menghampirinya dan menceritakan maksud kedatangannya bersama keluarganya itu untuk memeluk agama Islam. Tentu saja niat baik itu di terima oleh Malik bin Dinar dengan senang hati. Diajaknya bersyahadat, diajarkanlah sholat dan ajaran-ajaran islam lainya.
Ketika keluarga itu hendak berpamitan pulang, Malik bin Dinar mencegahnya, “ jangan tergesah-gesah tinggalah sebentar, aku kan meminta kerelaan para sahabat agar memberikn sumbangan pada keluargamu.”
“aku tak menghendaki itu, aku tak mau dianggap sebagai penjual agama dengan harta sumbangan itu.” Jawab lelaki itu. Pulanglah mereka ke kampung halamannya.
“pergilah mencari nafkah untuk keluargamu” ujar sang istri.
Dengan segera pergilah lelaki itu mencari pekerjaan dpasar. Tapi taa seorangpun bersedia memberi pekerjaan padanya. Masyarakat sekitar tempat tinggalnya telah mengucilkan keluarga itu. Karena dianggap murtaddari agama nenek moyang mereka, agama majusi.
Kerena tak ada lagi yang memperdulikannya, pergilah lelaki itu kedalah sebuah masjid yang terletak agak jauh untuk menunaikan sholat sampai larut malam, kemudian pulang dengan rasa lapar dan tanpa membaw makanan untuk keluarganya.
“Apakah kau tak memperoleh pekerjaan, sehingga kau pulang tanpa membawa makanan?” tanya istri.
“Sabarlah istriku, aku telah bekerja untuk sang Raja. Tetapi hari ini beliau belum memberiku upah. Semoga besok dia akan memberikannya padaku” jaawab lelaki itu menghibur istrinya.
Dan semalaman keluarga itu terpaksa tidur dalam keadaan lapar.
Keesokan harinya kembali laki-laki itu pergi ke pasar mencari pekerjaan agar memperoleh uang untuk membeli makanan bagi  keluarganya. Tetapi seperti hari kemarin orang-orang pasar tidak menggubrisnya. Kembali laki-laki itu ke masjid dan sholat hingga larut malam. Ia bekerja dan sembayang semata mata hanya kepada Allah. Dan ketika pulang masih seperti kemarin tidak membawa makanan untuk keluarganya.
“Kau pulang tanpa membawa makanan lagi? Tanya istrinya menyambut didepan pintu.
“Sabarlah istriku, aku sudah bekerja pada baginda Raja, semoga esok hari beliau memberi upahku termasuk kerjaku yang kemarin “sahut laki-laki iu dengan lesu.
Mereka pun kembali tidur dengan perut lapar.
Pagi harinya ketika hari Jum’at lelaki itu berusaha mencari pekerjaan lagi, dan hasilnya Nihil. Lalu lelaki itu pergi kmasjid. Setelah melakukan sholat ia berdo’a:
“Ya Allah, Ya Tuhanku, Sungguh Engkau telah memuliakan aku dan keluargaku dengan agama islam. Demi kehormatan agama yang kau berikan, dan demi kehormatan hari Jum’at yng mulia, hamba meminta rezki untuk menghidupi anak dan istri hamba. Sehingga aku memperoleh ketenangan dalam menjalankan perintah-Mu. Demi Engkau ya Allah, sebenarnya aku merasa malu kepada keluargaku dan mengkhawatirkan mereka akan berbalik iman karena kelaparan.
Usai berdo’a lelaki itu sekali lagi mengerjakan sholat dua rakaat, hingga siang hari lelaki itu tinggal di masjid untuk sekalian sholat jum’at.
Saaat menunggu kepulangan suaminya, sang istri dirumah kedatangan seorang pemuda tampan dengan membawa nampan dari emas yang ditutup kin berwarna emas.
“Ambilah nampan ini, katakan kepada suamimu bahwa ini adalh upah kerjanya selama dua hari. Serta katakan padanya untuk meningkatkan kerjanya niscaya akan ditambah upahnya apalagi pada hari jum’at. Kata pemuda itu.
Dengan penasaran masih tak mengerti perempuan itu menerima nampan itu. Ketika pemuda itu pergi., dibukanya nampan itu. Dan betapa terkejutnya ketika ternyata didalam nampan tersebut terdapat 1.000 keping uang dinar. Perempuan itu mengambilnya satu keping dan dibawanya ketempat penukaran uang dinar , uang dinar itu seberat dua mitsqal. Penimbang itu curiga melihat lukissan yang ada pada uang tersebut. Tak seperti biasanya. Yang ini sungguh lar biasa.
“Dari mana kau memperoleh uang dinar ini?”tanyanya.
Maka diceritakan oleh wanita itu. Bagaiman memperoleh uang dinar itu dari tamu yang tak dikenalnya. Sebagai upah dari kerja suaminya.
“Tunjukan kepadaku agama islam itu” tanya lagi. Ppenimbang itu memberi uang dinar sebagai hasil penukaran. “belanjakan uang ini, jika ada yang rusak kembalikan padaku.”
Sementara itu suaminya pulang dengan tubuhnya yang lunglai karena kelaparan dan lelah melakukan ibadah. Sepanjang perjalanan menuju rumah. Lelkai itu merasa gelissah. Sebab hari ini pun ia pulang dengan tangan hampa. Karena merasa malu dan bingung jika nanti istrinya bertanya.  Dibungkusnya pasir dengan selembar kain untuk mengelabui  istrinya. Akan dikaataakan bahwa itu tepung untuk makan sekeluarganya.
Namun betapa terkejutnya lelaki itu ketika memasuki rumahnya. Dilantai telah terhampar tikar dan tercium bau masakan yang menyengat hidungnya. Diletakkan bungkusannya diluar rumah agar tidak diketahui istrinya. Dengan penasaran lelaki itu bertanya pada istrinya apa yang sebenarnya terjadi.
Dengan penuh kegembiraan perempuan itu kemudian bercerita kepada suaminya. Mendengar penuturan istrinya. Lelaki itu mengucapkan “Subhanallah” dan ia bersujud syukur pada Allah karna rezki yang telah Allah berikan.
“bungkusan apa yang kau bawa tadi dan sekarang kau letakkan diaman?tanya istrinya.
“Tepung” jawab lelaki itu berbohong untuk menutupi rasa malunya, namun ketika dibuka, betapa terkejutnya lelaki itu, karena isinya telah berubah menjadi tepung.!
Tak henti hentinya lelaki itu mengucap syukur dan bersujud karena kehendak-Nya ia lepas dari rasa berdosa karena membohongi keluarganya. Aubhanallah..

(sumber: MB. Rahimsyah)