Cerita Islam: Balasan Sang Dermawan
Tersebutlah orang yang kaya, tapi
kikir. Dibelakang rumahnya terdapat pohon kurma yang tumbuh subur, dan buahnya
lebat. Begitu lebatnya hingga rimbun buahnya sampai juntai ke halaman rumah
sebelahnya.
Tetangga disebelahnya adalah sebuah
keluarga miskin lagibanyak anaknya. Mereka hanya bisa menggigit jari bila
melihat kurma yang nampak masak di pohon.
Setiap memetik buah kurma,
pemiliknya melewati pagar tetangga miskin itu, namun orang kaya kikir itu tidak
pernah memberi sebuahpun pada mereka. Bahkan bila ada buah yang jatuh dan
diambil anak tetangganya itu, pemilik kurma itu memintanya kembali dengan cara
kasar. Dan yang lebih celakanya lagi, saking kikirnya orang itu, buah yang
sudah terlanjur didalam mulut si anak dimintanya kembali.
“Ini buah kurmaku! Kau tak berhak
memakannya!” katany sengit.
Melihat
perilaku orang kaya tersebut, keluarga miskin itu mengadu pada Rasulullah.
Setelah mendengar pengaduan tersebut, Rasulullah berjanji akan menemui orang
kaya itu.
“Berikan buah kurmamu yang tangkai
buahnya menjuntai ke tanah pada tetanggamu, maka aku akan menggantinya dengan
surga di akherat nanti.” Kata rasulullah kepada orang kaya itu.
“Hai Muhammad. Cuma itu tawaranmu,”
sahut orang kaya itu.
Karena sifat kikirnya orang itu,
tawaran Rasulullah pun ditolak dan pergi
meninggalkan Nabi. Akhirnya pembicaraan Rasulullah dengan pemilik kurma
kikir tersebut terdengar oleh seorang kaya raya yang dermawan. Bergegaslah
dermawan tersebut menghadap Rasulullah.
“Wahai Rasulullah, apakah tawaran
tersebut berlaku untukku jika pohon kurma itu mulikku?”
“Ya,” jawab Rasulullah.
Mendengar jawaban Rasul, dermawan
tersebut segera pergi menemui pemilik pohon kurma.
“Tahukah kamu bahwa Rasul
menjanjikan penggantti diserga nanti untuk beberapa buah kurmamu,” katanya.
“Ya, aku tahu. Tapi, rasanya aku
lebih sayang dengan buah kurmaku itu,” ujar orang kikir itu acuh tak acuh.
“Pohon kurmamu itu memang subur dan
berbuah sangat lebat, aku sangat menyukainya. Sayang pohon kurmaku tidak
selebat milikmu. Apakah kamu mau menjulnya padaku?” tawar dermawan itu.
“Boleh saja! Tapi harus memenuhi
syarat yang aku tentukan, dan aku pikir, tidak akan ada yang bisa memenuhinya.”
“Berapa harga yang kau inginkan?”
“Sebatang pohon kurmaku, kau bayar
dengan 40 batang pohon kurma.”
“sungguh keterlaluan kau ini. Kau
meminta tidak pada ukurannya. Tapi tak apalah, namun kau harus memenuhi
persyaratanku juga. Kau harus mau menjadi saksi bahwa pohon kurmamu sudah
ditukar dengan pohon kurmaku.”
Si kikir itu pun menyanggupinya.
Setelah tukar menukar pohon kurma, mereka berdua pergi menemui rasulullah.
“Rasulullah kini pohon kurma itu
telah menjadi milikku, dan akan aku serahkan padamu” kata si dermawan.
Nabi tersenyum mendengarnya. Beliau
kemudian mengajak si dermawan menemui keluarga miskin yang pernah mengadu
beberapa waktu lalu.
“Sekarang pohon kurma ini menjadi
milikmu, pelilharalah untukmu dan keluargamu.”
Betapa gembira keluarga miskin itu
dan mengucap Alhamdulillah dan berterimakasih pada Nabi dan si dermawan
atas kebaikannya tersebut.
Sebagaimana disebutkan dalam surat Al
Lail yang menceritakan perbedaan kedudukan antara orang kikir dan dermawan,
juga balasannya. Allah akan mengganti apa yang diberikan oleh seseorang dengan
barang yang serupa berlipat ganda di akhirat nanti. Sayang lelaki kikir itu tak
mau mengerti.
(sumber:
MB. Rahimsyah)