Cerita Islam: Upah Kesabaran
Suatu
hari ketika mereka menyalakan api, kakak beradik itu masih merasa ragu, apakah
api yang selama ini mereka sembah dan dianggap tuhannya selama ini masih tetap
panas membakar dirinya?
“Cobalah
kau pegang dik, aku tak berani mencobanya.” Ujar kakaknya. Sang adik menuruti
perintah kakaknya. Ketika mencoba memegang api dengan jainya. Ternyata api itu
masih membakar kulitnya. Kedua laki-laki itu menjadi ragu dengan keimanannya.
Mengapa api yang sudah disembah bertahun tahun tetap saja membakar dirinya.
“Kak
apa yang telah kita lakukan selama ini ternyata sia sia. Api yang selama ini
kita anggap sebagai tuhan masih saja menyakiti kita, bukannya melindungi kita
dari panasnya” kata sang adik.
“Benar
apa yang kau katakan” sahut kakaknya, “mari kita mencari tuhan yang sebenarnya.
Tuhan yang dapat melindungi danmengampuni dosa-dosa yang telah kita lakukan
selama ini dengan cuman sekali bertaubat.
Kedua
orang itu kemudian mendatangi seseorang yang dapat menunjukan jalan yang benar
dan lurus yaiyu menyembah Tuhan yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Penyayang. Bukan api yang membakar mereka meskipun telah
disembah bertahun tahun.
Orang
tersebut adalah Malik bin Dinar di negri Basrah. Ketika mendengar dakwah Malik
bin Dinar kakak beradik itu mengakui kebenaran agama islam. Namun sang kakak
masih ragu, jika dia masuk islam ia khawatir akan dikucilkan dan dicela
keluarga dan tetaangganya karena dia telah berpuluh tahun beragama Majusi
dengan menyembah api.
“Biarlah
aku tetap memeluk agama Majusi, dari pada nanti dikucilkan tetangga” kata sang
kakak.
“Kenapa
mengkhawatirkan hal itu? Kita telah menemukan kebenaran. Untuk apa kita harus
berpaling?”
Sang
adik menyesalkan atas sikap kakaknya yang tidak mau menuruti nasehatnya. Dia
telah menemukan kebenaran, namun tetap memilih Majusi yang sudah jelas agama yg
salah hanya krena takut dengan celaan kaumnya. Akhirnya sang kakak pulang ke
negrinya, sementra sang adik menetap di bsarah bersama istri dan anak-anaknya
mendengar dakwah Malik bin Dinar.
Setelah
Malik bin Dinar selesai memberi dakwah lelaki itu menghampirinya dan
menceritakan maksud kedatangannya bersama keluarganya itu untuk memeluk agama
Islam. Tentu saja niat baik itu di terima oleh Malik bin Dinar dengan senang
hati. Diajaknya bersyahadat, diajarkanlah sholat dan ajaran-ajaran islam
lainya.
Ketika
keluarga itu hendak berpamitan pulang, Malik bin Dinar mencegahnya, “ jangan
tergesah-gesah tinggalah sebentar, aku kan meminta kerelaan para sahabat agar
memberikn sumbangan pada keluargamu.”
“aku
tak menghendaki itu, aku tak mau dianggap sebagai penjual agama dengan harta
sumbangan itu.” Jawab lelaki itu. Pulanglah mereka ke kampung halamannya.
“pergilah
mencari nafkah untuk keluargamu” ujar sang istri.
Dengan
segera pergilah lelaki itu mencari pekerjaan dpasar. Tapi taa seorangpun
bersedia memberi pekerjaan padanya. Masyarakat sekitar tempat tinggalnya telah
mengucilkan keluarga itu. Karena dianggap murtaddari agama nenek moyang mereka,
agama majusi.
Kerena
tak ada lagi yang memperdulikannya, pergilah lelaki itu kedalah sebuah masjid
yang terletak agak jauh untuk menunaikan sholat sampai larut malam, kemudian
pulang dengan rasa lapar dan tanpa membaw makanan untuk keluarganya.
“Apakah
kau tak memperoleh pekerjaan, sehingga kau pulang tanpa membawa makanan?” tanya
istri.
“Sabarlah
istriku, aku telah bekerja untuk sang Raja. Tetapi hari ini beliau belum
memberiku upah. Semoga besok dia akan memberikannya padaku” jaawab lelaki itu
menghibur istrinya.
Dan
semalaman keluarga itu terpaksa tidur dalam keadaan lapar.
Keesokan
harinya kembali laki-laki itu pergi ke pasar mencari pekerjaan agar memperoleh
uang untuk membeli makanan bagi
keluarganya. Tetapi seperti hari kemarin orang-orang pasar tidak
menggubrisnya. Kembali laki-laki itu ke masjid dan sholat hingga larut malam.
Ia bekerja dan sembayang semata mata hanya kepada Allah. Dan ketika pulang
masih seperti kemarin tidak membawa makanan untuk keluarganya.
“Kau
pulang tanpa membawa makanan lagi? Tanya istrinya menyambut didepan pintu.
“Sabarlah
istriku, aku sudah bekerja pada baginda Raja, semoga esok hari beliau memberi
upahku termasuk kerjaku yang kemarin “sahut laki-laki iu dengan lesu.
Mereka
pun kembali tidur dengan perut lapar.
Pagi
harinya ketika hari Jum’at lelaki itu berusaha mencari pekerjaan lagi, dan
hasilnya Nihil. Lalu lelaki itu pergi kmasjid. Setelah melakukan sholat ia
berdo’a:
“Ya
Allah, Ya Tuhanku, Sungguh Engkau telah memuliakan aku dan keluargaku dengan
agama islam. Demi kehormatan agama yang kau berikan, dan demi kehormatan hari
Jum’at yng mulia, hamba meminta rezki untuk menghidupi anak dan istri hamba.
Sehingga aku memperoleh ketenangan dalam menjalankan perintah-Mu. Demi Engkau
ya Allah, sebenarnya aku merasa malu kepada keluargaku dan mengkhawatirkan
mereka akan berbalik iman karena kelaparan.
Usai
berdo’a lelaki itu sekali lagi mengerjakan sholat dua rakaat, hingga siang hari
lelaki itu tinggal di masjid untuk sekalian sholat jum’at.
Saaat
menunggu kepulangan suaminya, sang istri dirumah kedatangan seorang pemuda
tampan dengan membawa nampan dari emas yang ditutup kin berwarna emas.
“Ambilah
nampan ini, katakan kepada suamimu bahwa ini adalh upah kerjanya selama dua
hari. Serta katakan padanya untuk meningkatkan kerjanya niscaya akan ditambah
upahnya apalagi pada hari jum’at. Kata pemuda itu.
Dengan
penasaran masih tak mengerti perempuan itu menerima nampan itu. Ketika pemuda
itu pergi., dibukanya nampan itu. Dan betapa terkejutnya ketika ternyata
didalam nampan tersebut terdapat 1.000 keping uang dinar. Perempuan itu
mengambilnya satu keping dan dibawanya ketempat penukaran uang dinar , uang
dinar itu seberat dua mitsqal. Penimbang itu curiga melihat lukissan yang ada
pada uang tersebut. Tak seperti biasanya. Yang ini sungguh lar biasa.
“Dari mana
kau memperoleh uang dinar ini?”tanyanya.
Maka diceritakan
oleh wanita itu. Bagaiman memperoleh uang dinar itu dari tamu yang tak
dikenalnya. Sebagai upah dari kerja suaminya.
“Tunjukan
kepadaku agama islam itu” tanya lagi. Ppenimbang itu memberi uang dinar sebagai
hasil penukaran. “belanjakan uang ini, jika ada yang rusak kembalikan padaku.”
Sementara
itu suaminya pulang dengan tubuhnya yang lunglai karena kelaparan dan lelah
melakukan ibadah. Sepanjang perjalanan menuju rumah. Lelkai itu merasa
gelissah. Sebab hari ini pun ia pulang dengan tangan hampa. Karena merasa malu
dan bingung jika nanti istrinya bertanya.
Dibungkusnya pasir dengan selembar kain untuk mengelabui istrinya. Akan dikaataakan bahwa itu tepung
untuk makan sekeluarganya.
Namun
betapa terkejutnya lelaki itu ketika memasuki rumahnya. Dilantai telah
terhampar tikar dan tercium bau masakan yang menyengat hidungnya. Diletakkan
bungkusannya diluar rumah agar tidak diketahui istrinya. Dengan penasaran
lelaki itu bertanya pada istrinya apa yang sebenarnya terjadi.
Dengan
penuh kegembiraan perempuan itu kemudian bercerita kepada suaminya. Mendengar
penuturan istrinya. Lelaki itu mengucapkan “Subhanallah” dan ia bersujud syukur
pada Allah karna rezki yang telah Allah berikan.
“bungkusan
apa yang kau bawa tadi dan sekarang kau letakkan diaman?tanya istrinya.
“Tepung”
jawab lelaki itu berbohong untuk menutupi rasa malunya, namun ketika dibuka,
betapa terkejutnya lelaki itu, karena isinya telah berubah menjadi tepung.!
Tak
henti hentinya lelaki itu mengucap syukur dan bersujud karena kehendak-Nya ia
lepas dari rasa berdosa karena membohongi keluarganya. Aubhanallah..
(sumber: MB. Rahimsyah)